GURU: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa dan Idealismenya yang Terkikis

GURU: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa dan Idealismenya yang Terkikis

https://budiutomo1.wordpress.com/tag/pahlawan-tanpa-tanda-jasa/

“Guru yang baik itu ibarat lilin – membakar dirinya sendiri demi menerangi orang lain”. (https://www.lentera.my.id/post/kata-kata-mutiara-guru/).

      Dahulu saat kita belajar di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, ataupun ketika kuliah, sering sekali mendengar kalimat “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”. Istilah pahlawan tanpa tanda jasa merupakan penggambaran seorang guru yang rela berkorban baik jiwa dan raga, lahir dan batin, serta moril dan materiil untuk memperjuangkan pendidikan di Negara kita tercinta tanpa memandang tanda (penghargaan) apa yang kelak akan diperolehnya. Guru merupakan factor terpenting dalam penyampaian ilmu pengetahuan, di sekolah, di madrasah, di pesantren, serta diberbagai tempat menuntut ilmu lainnya. Peran guru tidak hanya sebagai penyampai materi tetapi juga sebagai pendidik yang mengarahkan karakter para peserta didik agar memiliki karakter-karakter yang baik.
   Dalam undang-undang pendidikan no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional guru dipandang hanya menjadi bagian yang kecil dalam istilah mendidik. Dinyatakan dalam pasal 39 (2) pengertian pendidik sebagai berikut :
“Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penulisan dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”
Undang-undang pendidikan diatas menegaskan peran vital guru dalam mengembangkan pendidikan nasional.
     Guru memiliki idaelisme yang begitu tinggi. Pengabdiannya untuk negeri tak lekang oleh waktu. Salah satu  bentuk idealismenya adalah senantiasa mencurahkan pikiran dan kemampuan mereka untuk pengembangan pendidikan yang dalam ruang lingkup kecil untuk senantiasa terus menerus mengajari murid-muridnya menjadi generasi yang berkualitas.
   Melihat perkembangan jaman, satu persatu idealisme para guru mulai luntur. Perubahan pola kehidupan, factor ekonomi, politik, budaya, agama, dan bidang lainnya turut andil dalam pengikisan idealisme guru.
Sebagai contoh tekait lunturnya idealism guru karena factor ekonomi  yaitu, perubahan ekonomi yang menuntut banyak terpenuhinya kebutuhan hidup. Guru tidak focus memandu siswa/i di dalam kelas karena target pemenuhan kebutuhannya. Mereka berlomba-lomba mencari penghasilan tambahan guna tercapainya tujuan-tujuan mereka dan dengan tanpa sadar sebenarnya mereka telah mengorbankan anak didik mereka. Bila ada kebijakan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, misalkan sebagai sertifikasi yang belum dapat dicairkan, gaji yang terlambat, dan banyak hal lainnya maka tidak jarang dengan mudahnya mereka meninggalkan kewajiban-kewajiban sebagai seorang pendidik.
    Seorang guru panutan saya, sebut saja pak Subro. Beliau telah mengajar selama kurang lebih 35 tahun. Sampai kini diusianya yang genap 60 tahun beliau tetap mengajar dengan gigih dan mempertahankan nilai-nilai idealism guru. Pak subro mengatakan, guru masa kini ketika ada hal-hal yang tidak menguntungkan mereka dalam hal kebijakan, katakana saja tentang gaji yang kecil, tugas-tugas mereka sebagai seorang guru hanya dijalankan ala kadarnya. Padahal jika dilihat dari ijazahnya, yang keluaran PTN, nilai kognitifnya baik, tentu saja itu sudah jauh meninggalkan nilai-nilai idealism keguruan.
Rupanya memang begitu banyak pada saat ini factor-faktor yang mampu mengikis idealism guru. Ini baru dari satu factor. Belum factor lainnya. Sungguh tragis profesi guru saat ini. Namun demikian, masih banyak guru yang mampu mempertahankan nilai-nilai idealismenya. Mereka itulah yang kelak akan mampu membawa bangsa ini melesat jauh tidak hanya menjadi Negara berkembang dan berdaya saing tinggi, tapi juga kelak akan mampu menjadikan bangsa ini bangsa yang maju.
    Suatu teori mengatakan, jika suatu bangsa ingin maju maka kuasai tiga hal yaitu Pendidikan, Sains, dan Teknologi. Semoga guru-guru dimanapun berada tetap dalam idealism keguruan yang hakiki, yang rela membangun negeri baik dalam keterpurukan maupun dalam kegemerlapan.
“Guru pahlawan tanpa tanda jasa, namun demikian jasa guru tanpa batasan”.


Author: Abdul Gofur
            (Sang Pembelajar)

Komentar